Breaking

Wednesday, September 22, 2010

Manakah Air yang Paling Baik???

   Memilih sumber air yang baik bukan hal yang mudah. Berikut tentang uraian kelebihan dan kekurangan air dari berbagai sumber.


Air Ledeng
Air ini jenis yang langsung tersedia, lagipula air PAM secara teratur di cek apakah mengandung pathogen (zat yang sering menimbulkan penyakit). Sayangnya air PAM juga mengandung klorida, terkadang juga pathogen dan bahan pebcemar lainnya. Air sumur bisa menjadi pilihan yang terbaik karena mengandung mineral berguna bagi tubuh, namun air sumur mudah dicemari poluten radon dan pestisida.



Dispenser
Filter membersihkan air dari klorida, bakteri dan sebagian besar parasit serta logam berat seperti besi, juga memperbaiki rasa air. Namun bakteri yang sudah difilter bisa masuk ke dalam filter sehingga filter diganti paling tidak 2 bulan sekali.



Air Suling (Distilasi)
Menyuling adalah metode paling baik untuk menjernihkan air. Namun tindakan ini juga menyingkirkan semua mineral, yang menurut beberapa ahli menyebabkan kekurangan nutrisi. Lagi pula melakukan penyulingan sendiri memakan waktu yang lama dan biaya tidak sedikit.



Air Botolan
Air kemasan botol praktis dan mudah dibawa kemana saja. Beberapa merek air mengandung mineral seperti kalsium, sebagian besar produk juga bebas zat kimia. Sayangnya keamanan jenis ini tidak dipantau dengan ketat, sehingga mungkin mengandung bakteri atau bahan kimia. Zat - zat yang berbahaya dari plastik seperti estrogen gadungan bisa juga larut dalam air.


Sementara itu, Peneliti University of South Florida menemukan air murni terbaik ada di pir kaktus berduri. Penghuni gurun ini sangat efektif dalam memindahkan sedimen dan bakteri dari air kotor dan berita baiknya tumbuhan ini bisa hidup di seluruh dunia.

Penelitian ini bukan yang pertama mendapati kemampuan tumbuhan kaktus itu. Komunitas Meksiko pada abad 19 menggunakan kaktus sebagai perangkat untuk memurnikan air. Lapisan getah yang tebal pada kaktus yang menyimpan air, adalah bagian yang bertanggung jawab untuk memurnikan air tersebut.

Peneliti kemudian menyarikan getah dan menambahkan ke dalam air yang kotor karena sedimen dan bakteri.
Getah mengakibatkan sedimen dan bakteri bergabung, kemudian mengendap di bagian bawah dan memisahkan 98 % bakteri di dalam air.

Peneliti melihat komunitas di negara berkembang menggunakan kaktus di kehidupan sehari-hari mereka. Mereka biasa merebus sepotong kaktus untuk mendapatkan getah kemudian menambahkan getah tersebut ke dalam air, sama seperti yang dilakukan para peneliti. Namun masih ada rintangan yang harus diatasi. Sumber daya yang perlu dipersiapkan untuk mengembangkan penyebaran kaktus dan bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa air yang telah disaring ini benar-benar bebas bakteri.

Jika beberapa masalah ini dapat dipecahkan, maka air yang murah dan bersih dapat dijangkau jutaan orang yang kekurangan sumber daya alam ini.

No comments:

Post a Comment

Adbox