1. Pengawetan dengan suhu rendah
Proses pengawetan ikan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
Aktivitas penyebab pembusukan pada ikan dapat dikurangi atau dihentikan bila suhu lingkungan diturunkan, misalnya dengan menggunakan suhu rendah. Penggunaan suhu rendah meliputi pendinginan dan pembekuan. Ikan yang didinginkan atau dibekukan akan mempunyai daya awet yang temporer, artinya ikan tersebut akan tetap segar selama disimpan ditempat yang bersuhu rendah. Oleh karena itu, biasanya selama dalam pengangkutan atau sebelum diolah menjadi produk lain, ikan selalu diusahakan tetap berada dalam lingkungan bersuhu rendah agar kualitasnya tetap baik dan memenuhi syarat sebagai ikan segar.
Pada dasarnya proses pendinginan maupun pembekuan ikan mempunyai prinsip yang sama, yaitu mengurangi atau menghentikan sama sekali aktivitas penyebab pembusukan. Perbedaan kedua proses tersebut hanya terletak pada suhu akhir yang digunakan. Suhu akhir yang digunakan dalam proses pendinginan adalah 0°C, sedangkan pada proses pembekuan suhu akhir dapat mencapai -42°C.
Pengawetan dengan pendinginan biasanya menggunakan es batu, udara dingin dan pengawetan dengan pembekuan yang biasanya menggunakan sharp freezer, multi plate freezing, air blast freezing dan brine freezing.
2. Pengawetan dengan penggaraman.
Pengawetan ikan dengan cara penggaraman terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan yang mempunyai tujuan untuk memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Ikan yang mengalami proses penggaraman akan menjadi lebih awet karena garam dapat menghambat atau membunuh bakteri penyebab pembusukan pada ikan. Cara kerjanya adalah garam menyerap cairan tubuh ikan sehingga proses metabolisme bakteri terganggu karena kekurangan cairan bahkan akhirnya mematikan bakteri. Selain menyerap cairan tubuh ikan, garam juga menyerap cairan tubuh bakteri sehingga bakteri akan mengalami kekeringan dan akhirnya mati.
Setelah digarami, selanjutnya ikan dijemur dibawah sinar matahari langsung sampai kering. Proses pengeringan ini dilakukan untuk membantu menurunkan cairan dalam tubuh bakteri, terutama bakteri yang tahan terhadap garam berkonsentrasi tinggi sehingga aktivitasnya dapat dihambat, bahkan bakteri dapat dibunuh. Contoh dari pengawetan ini adalah ikan asin.
3. Pengawetan dengan pengasapan
Pada dasarnya, proses pengasapan ikan merupakan gabungan aktivitas penggaraman, pengeringan dan pengasapan. Dalam proses pengasapan ikan, unsur yang paling berperan adalah asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu yang terdiri dari uap dan partikel yang berukuran sangat kecil. Kedua unsur ini mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dengan perbandingan berbeda. Kandungan unsur kimia yang terdapat dalam asap adalah air, aldehid, asam asetat, keton, alkohol, asam formiat, phenol dan karbondioksida yang berperan sebagai desinfektan pemberi warna dan bahan pengawet. Sebelum diasapkan, biasanya didahului dengan proses penggaraman dan pengeringan yang bertujuan untuk membunuh bakteri dan mempermudah partikel asap melekat pada tubuh ikan. Beberapa metode pengasapan antara lain pengasapan panas, pengasapan dingin dan pengasapan listrik.
4. Pengawetan dengan pemindangan
Proses pemindangan merupakan perebusan ikan dalam air garam. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu ikan pindang adalah kesegaran ikan, garam dan kondisi linkungan (kebersihan alat dan bahan, proses pembuatan pindang dan penyimpanan hasil pemindangan). Banyak cara pemindangan yang telah dilakukan, antaranya :
a. Perebusan dengan larutan garam jenuh selama 10 menit
b. Penambahan bumbu (bawang putih dan kunyit).
c. Perebusan dalam air garam 10%.
aTetapi dari hasil pemindangan seperti di atas, akan mudah busuk karena kadar air yang tinggi
5. Pengawetan dengan fermentasi
Proses pengawetan ikan dengan fermentasi yaitu dengan melibatkan peran mikroorganisme, umumnya dengan menggunakan bakteri asam laktat karena bakteri asam laktat mampu menghasilkan asam organik berupa asam laktat dan asam asetat, senyawa asetaldehid (meningkatkan cita rasa) serta semacam senyawa anti mikroba
untuk menghambat pertumbuhan bakteri perusak. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi antara lain asam, penggunaan kultur murni, suhu, oksigen dan bakteri asam laktat.
No comments:
Post a Comment