Breaking

Thursday, June 15, 2017

Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sidat (Anguilla bicolor) | Shortfin Eel


Ikan ini sekilas mirip ikan lele, tapi Saya sendiri belum pernah mencicipi olahan ikan sidat ini. Di pasarpun jarang ditemui karena tidak semua pedagang ikan menjualnya. Ikan yang juga disebut belut bersirip pendek ini sangat mahal di jepang, dan menjadi incaran seafood selain udang dan tuna. Para pembudidaya ikan sidat di Indonesia semakin berkembang karena potensi meraup rupiah cukup menggiurkan.

Berikut adalah penjelasan morfologi dari ikan sidat

Ikan sidat (Anguilla bicolor) merupakan salah satu ikan budidaya yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Sidat memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan energi ikan sidat mencapai 270 kkal/100 g, Kandungan vitamin A sidat mencapai 4700 IU/100 g tujuh kali lipat lebih banyak dari telur ayam, 45 kali lipat dari susu sapi. Vitamin B1 sidat setara dengan 25 kali lipat kandungan vitamin B1 susu sapi dan vitamin B2 sidat sama dengan 5 kali lipat kandungan vitamin B2 susu sapi. 

Dibanding ikan salmon, sidat mengandung DHA (Decosahexaenoic acid, untuk pertumbuhan anak) sebanyak 1.337 mg/100 gram sementara ikan salmon hanya 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram. Sidat memiliki kandungan EPA (Eicosapentaenoic Acid) sebesar 742 mg/100 gram sementara salmon hanya 492 mg/100 gram atau tenggiri 409 mg/100 gram (Baedah 2010). Menurut Deelder (1984) klasifikasi ikan sidat (Anguilla bicolor) adalah sebagai berikut : 

Filum : Vertebrata 
Sub Filum : Craniata 
Super Kelas : Gnathostomata 
Kelas : Teleostei 
Sub Kelas : Actynopterigii 
Ordo : Anguilliformes 
Sun Ordo : Anguilloidei 
Famili : Anguillidae 
Genus : Anguilla 
Spesies : Anguilla bicolor 

Ikan sidat (Anguilla sp.) sampai saat ini telah ditemukan 18 spesies yang tersebar di Indo-Pasifik, Atlantik dan Oseania (Fahmi dan Hirnawati 2010). Ikan Sidat yang dikelompokkan menjadi 2 golongan besar yang didasarkan posisi dorsalnya yaitu long fin dan short fin (Skrzynski 1974). Indonesia memiliki tujuh jenis ikan sidat dari total 18 jenis di dunia. Ketujuh jenis itu, dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu yang kelompok bersirip punggung pendek dan kelompok yang bersirip punggung panjang. Kelompok bersirip punggung pendek diantaranya adalah Anguilla bicolor dan Anguilla bicolor Pacifica, sedangkan kelompok yang memiliki sirip punggung panjang adalah Anguilla borneoensis, Anguilla marmorata, Anguilla celebesensis, Anguilla megastoma dan Anguilla interioris (KKP 2011). 

Ciri utama sidat dewasa adalah bentuknya menyerupai belut. Apabila diperhatikan lebih teliti terdapat beberapa perbedaan morfologi (Gambar) yang membedakan antara sidat dengan belut. Sidat memiliki sirip dada (pectoral) yang sempurna yang terdapat pada bagian belakang tutup insang serta sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal) dan sirip anal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sirip sidat dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata telanjang. 

Ciri-ciri ikan yang tergolong famili Anguillidae, yang telah dikemukakan oleh Saanin (1984) dalam Sasono (2001) adalah sebagai berikut : sisik kecil membujur berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil dan masing-masing kumpulan terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan yang ada disampingnya, sirip dada sempurna, mata tertutup oleh kulit, lubang hidung di muka mata, lubang hidung berpipa dan terletak di ujung muka dari mulut, mulut berbentuk miring dan sampai melewati mata. Genus Anguilla merupakan satu-satunya yang termasuk dalam famili Anguillidae sehingga ciri dari genus Anguilla merupaka ciri dari famili Anguillidae (Deelder 1984). Menurut Berg (1949) dalam Deelder (1984), ciri ikan sidat adalah tubuh memanjang seperti ular, sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal bergabung menjadi satu, sirip dada ada dan sirip perut tidak ada, tubuh diliputi sisik halus. 


Ikan sidat memiliki linea lateralis yang terbentuk dengan baik, perut jauh dari kepala, mulut terminal, rahang tidak memanjang secara khusus, gigi kecil, pektinat dan setiform dalam beberapa sisi rahang dan vomer, terdapat gigi halus pada tulang faring, membentuk “ovate patch” pada faring, bagian atas celah insang lateral vertical berkembang dengan baik dan terpisah satu sama lainnya. Insang dapat terbuka lebar, terdapat lidah, bibir tebal, tulang frontal, berpasangan tetapi tidak tumbuh bersama. Palatopterygoid berkembang baik, premaksila tidak berkembang sebagi suatu elemen yang dapat dibedakan pada ikan dewasa, lengkun pektoral terdiri dari 7-9 (untuk yang masih muda mencapai 11) elemen radial, tulang ekor tanpa proses transverse. 

Organ pernafasan utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi sebagai paru-paru seperti pada hewan darat. Ikan ini memiliki empat pasang insang yang terletak pada rongga branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa filamen insang dan setiap filamen insang terbentuk dari sejumlah lamella yang di dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah. Kemampuan ikan sidat dalam mengambil oksigen dari udara secara langsung menyebabkan ikan sidat dapat bertahan cukup lama di udara terbuka yang memiliki kelembaban yang tinggi. Keistimewaan lainnya adalah sidat memiliki kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya. Sisik sidat yang kecil membantu dalam proses pernafasan melalui kulit, berdasarkan hasil penelitian 60% kebutuhan oksigen pada ikan sidat dipenuhi melalui pernafasan kulit. Sidat dilengkapi dengan tutup insang berupa celah kecil yang terletak di bagian belakang kepala, ini berfungsi dalam mempertahankan kelembaban di dalam rongga branchial. 

Ikan sidat di Indonesia mempunyai nama daerah yang berbeda-beda antara lain ikan moa, ikan uling, ikan lubang, ikan lumbon, ikan larak, ikan lelus, ikan gateng, ikan embu, ikan dundung, ikan laro dan ikan luncah (Schuster dan Djadjadireja 1952 dalam Sasono 2001). 

Bentuk ikan sidat sangat berbeda antara stadia dengan stadia dewasanya. Telur yang telah dibuahi akan berkembang menjadi leptocephalus, pada saat tersebut bentuknya berupa daun. Leptocephalus tersebut akan mengalami metamorfosa menjadi larva transparan (elver, glass eel). Bentuk sidat pada saat stadia elver adalah silinder dan transparan, kemudian elver akan bermigrasi dari laut ke air payau atau air tawar. Selama migrasi tersebut setahap demi setahap larva mengalami pigmentasi hingga pada akhirnya seluruh tubuh larva berpigmen. Seluruh pigmentasi ini sejalan dengan pertumbuhan larva (Affaudi dan Riani 1994 dalam Sasono 2001). 

Ikan sidat termasuk dalam ikan diadrom yang masuk dalam kelompok ikan katadrom. Daur hidupnya terbagi menjadi 3 fase, fase di lautan, di estuaria dan di air sungai. Ikan sidat memijah di lautan pada kedalaman 400-500 meter dan setelah telurnya dikeluarkan telur-telur tersebut akan mengapung karena massa jenis telur tersebut lebih ringan dari massa jenis air di sekitarnya maka telur-telur tersebut naik ke permukaan dan menetas menjadi larva leptocephalus (Usui 1974 dalam Sasono 2001).

Sumber:
Deelder, C. L. 1984. Synopsis of Biological Data on The Eel Anguilla Anguilla (Linaeus, 1758). FAO Fisheries Synopsis No. 80. Revision 1. Food and Angriculture Organization of The United Nations. Rome.

Syvokiene, J. and L. Mickeniene, 1999. Microorganism in the Digestive Tract of Fish as Indicators of Feeding Condition and Pollution. ICES J Marine Sci, 56 : 147-149.

Sasono, A. D. 2001. Kebiasaan Makan Ikan Sidat (Anguilla bicolor) di Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu dan Desa Cimaja, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

No comments:

Post a Comment

Adbox