Kepiting merupakan salah satu
komoditas perikanan laut yang sangat digemari masyarakat dan mempunyai nilai
ekonomis tinggi. Disamping cita rasanya yang digemari, kepiting mengandung
nilai nutrisi yang baik. Kepiting yang banyak dikonsumsi dan berpotensi untuk
dibudidayakan adalah kelompok famili portunidae yang tergolong sebagai
kepiting perenang (swimming crabs) karena memiliki pasangan kaki
terakhir yang memipih dan digunakan untuk berenang. Famili ini meliputi
rajungan (Portunus, Charybdis dan Thalamita) dan kepiting bakau (Scylla
spp.).
Klasifikasi kepiting bakau secara
lengkap (King 1995; Keenan 1999) disajikan sebagai berikut:
Filum : Arthropoda
Subfilum : Mandibulata
Klas : Crustacea
Subklas : Malacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Dekapoda
Subordo : Pleocyemata
Infraordo : Brachyura
Famili : Portunidae
Genus : Scylla
Spesies : serrata,
tranquebarica, olivacea, paramamosain
Ke-empat
spesies kepiting bakau diatas dapat ditemui di Indonesia. Spesies Scylla
serrata dikenal dengan kepiting bakau hijau atau “giant mud crab”
karena bobotnya dapat mencapai 2-3 kg/ekor. Kepiting jenis S. tranquebarica dikenal
sebagai kepiting bakau ungu yang juga dapat mencapai ukuran besar. Jenis S
olivacea dikenal sebagai kepiting bakau merah atau red/orange mud crab dan
S. paramamosain dikenal sebagai kepiting bakau putih (Nurdin dan Armando
2010)
Pada Gambar menunjukkan struktur
morfologis kepiting bakau. Ciri morfologi kepiting bakau umumnya terdiri dari
dua bagian, yaitu tubuh dan kaki. Kaki kepiting bakau ada lima pasang, yaitu
sepasang capit (chela/cheliped) tiga pasang kaki jalan (walking leg)
dan sepasang kaki renang atau kaki dayung (swimming leg) yang berbentuk
lebar dan pipih untuk membantu berenang (Kaliola et al. 1993). Kepiting
bakau relatif berukuran besar, memiliki karapas yang lebar dan permukaannya
sangat licin dan dapat tumbuh hingga mencapai bobot 3 kg. Bagian daging
kepiting yang dapat dimakan adalah 45% terdapat dalam badan, perut, kaki, dan
penjepit (Irianto dan Soesilo 2007). Tabel 1 menunjukkan komposisi kimia daging
kepiting. Kepiting adalah sumber protein yang baik (mengandung sekitar 18-19.5
g protein per 100 g). Komposisi asam amino protein daging kepiting terdapat
pada Tabel 2.
Tabel 1
Komposisi
kimia daging kepiting Komposisi kimia
|
Satuan
(/100 g)
|
Jumlah
|
Air
|
g
|
79.02
|
Energi
|
Kkal
|
87
|
Energi
|
kJ
|
364
|
Protein
|
g
|
18.06
|
Total lipid
|
g
|
1.08
|
Abu
|
g
|
1.81
|
Karbohidrat
(by difference)
|
g
|
0.04
|
Serat,
Total serat
|
g
|
0
|
Tabel 2
Komposisi asam amino protein daging kepiting Asam amino
|
Jumlah
(g/100g)
|
Triptofan
|
0.251
|
Treonin
|
0.731
|
Isoleusin
|
0.875
|
Leusin
|
1.433
|
Lisin
|
1.572
|
Metionin
|
0.508
|
Sistin
|
0.202
|
Fenilalanin
|
0.763
|
Tirosin
|
0.601
|
Valin
|
0.849
|
Arginin
|
1.577
|
Histidin
|
0.367
|
Alanin
|
1.023
|
Asam
aspartat
|
1.866
|
Asam
glutamat
|
3.080
|
Glisin
|
1.089
|
Prolin
|
0.595
|
Serin
|
0.711
|
Kepiting
juga mengandung EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic
acid), yaitu komponen asam lemak Omega-3 yang penting dalam pembentukan
membran sel otak pada janin sejumlah 0.3 gram. Kandungan kolesterol kepiting
tergolong rendah (78 miligram per 100 gram). Kandungan kolesterol tersebut
kurang lebih setara dengan daging ayam panggang tanpa kulit (75 miligram per
100 gram) (Brown dan Selgrade 2008).
No comments:
Post a Comment