Breaking

Monday, May 8, 2017

Deskripsi, Morfologi dan Klasifikasi Ikan Baung

-
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam (Saanin, 1968). :
Phylum: Chordata,
Kelas: Pisces,
Sub-kelas: Teleostei,
Ordo: Ostariophysi,
Sub-ordo: Siluroidea,
Famili: Bagridae,
Genus: Macrones,
Spesies: Macrones nemurus CV.

Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV. Sinonim Mystus nemurus adalah Bagrus nemurus CV., Bagrus hoevenii Blkr., Bagrus sieboldi Bikr., Hemibagrus nemurus Bikr., Macrones nemurus Gunther., Macrones bleekeri Volza., Macrones howony Popla., dan Macrones borga Popla (Weber and de Beaufort, 1965).

Di daerah Karawang, ikan baung dikenal dengan nama ikan tagih atau senggal, sedangkan di Jakarta dan Malaysia dikenal sebagai ikan bawon, senggal, singgah, dan singah (Sunda/Jawa Barat); tageh (Jawa); boon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken-bato, baungputih, dan kendinya (Kalimantan Tengah); baong (Sumatra) (Weber and de Beaufort, 1965; Djajadiredja et al., 1977).  

Morfologi
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pemafasan; sedangkan panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur. Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip punggung yang kira-kira sama dengan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwama coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih ke arah bagian bawah

Distribusi
Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan (Madsuly, 1977). Di Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100 %. Ikan baung suka menggerombol di dasar perairan dan membuat sarang berupa lubang di dasar perairan yang lunak dengan aliran air yang tenang. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar sarang sebelum hari petang. Setelah hari gelap, ikan baung akan keluar dengan cepat untuk mencari mangsa, tetapi tetap berada di sekitar sarang dan segera akan masuk ke sarang bila ada gangguan. Distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.

Pola Pertumbuhan

Pola pertumbuhan ikan baung adalah allometrik (b > 3). Pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, pertumbuhan ikan baung jantan berpola isometrik (b = 3), di mana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan. Ukuran ikan baung berhubungan dengan agresivitasnya dalam mencari makan dan kematangan gonad. Karena harga b di atas 3, maka pertumbuhan berat ikan baung cendemng lebih cepat daripada pertumbuhan panjang badan. Dengan demikian, faktor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung semakin banyak mendapat makanan, maka pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu, ikan baung berukuran besar cenderung lebih agresif mencari makan sehingga pertumbuhannya berpola allometrik. Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hampir 77 % ikan baung betina mengandung telur sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pola pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina) berpola allometrik. Pada waktu musim memijah, pola pertumbuhan ikan baung betina bisa berbeda dengan ikan baung jantan

Sumber: Dr. Ir. Usman Muhammad Tang, M.S.

No comments:

Post a Comment

Adbox