Habitat dan Distribusi
Ikan belida hidup di daerah banjiran dan sungai‐sungai yang dipengaruhi
pasang surut. Selain itu, ikan belida dapat
hidup di perairan rawa (floodplain) yang memiliki kualitas air yang kurang baik, khususnya kadar oksigen
terlarut rendah, karena ikan belida memiliki alat bantu pernapasan berupa
labirin.
Organisme air dapat menjalankan proses kehidupan secara normal sepanjang
habitatnya sesuai dengan yang dibutuhkan. Kesesuaian habitat berkaitan erat
dengan kualitas habitat dan salah satu yang menentukan kualitas habitat akuatik
adalah volume air, sehingga ketika terjadi musim hujan, kualitas perairan rawa
sedikit meningkat karena terjadi penambahan volume air. Selain itu, penambahan
volume air di perairan rawa juga menyebabkan tersedianya banyak makanan dan
memberikan keadaan yang baik untuk strategi reproduksi ikan.
Sebagian besar ikan belida cenderung tinggal di perairan sungai dan sebagian
lagi di tempat‐tempat terdalam yang tergenang air, pada saat debit air kecil di
musim kemarau, sedangkan pada saat air melimpah di musim hujan ikan belida menyebar
ke rawa banjiran dan persawahan baik untuk memijah maupun untuk mencari makan. Gambaran kondisi kualitas perairan yang banyak
dijumpai ikan belida, yang paling tidak merupakan habitat ikan belida yaitu:
Tabel 1. Keadaan kondisi fisika dan kimia perairan yang banyak
ditemukan ikan belida (Chitala lopis)
Kebiasaan Makanan
Makanan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan diserap oleh ikan
sehingga dapat digunakan untuk menjalankan metabolisme tubuhnya. Kebiasaan makanan
(food habit) ikan penting untuk diketahui, karena pengetahuan ini memberikan
petunjuk tentang pakan dan selera organisme terhadap makanan.
Kebiasaan makanan adalah jenis, kuantitas dan kualitas makanan yang
dimakan oleh ikan. Suatu spesies ikan di alam memiliki hubungan yang sangat
erat dengan keberadaan makanannya. Ketersediaan makanan merupakan faktor yang menentukan
dinamika populasi, pertumbuhan, reproduksi, serta kondisi ikan yang ada di
suatu perairan. Beberapa faktor makanan yang berhubungan dengan populasi
tersebut yaitu jumlah dan kualitas makanan yang tersedia, akses terhadap makanan,
dan lama masa pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi tersebut.
Adanya makanan di perairan selain terpengaruh oleh kondisi biotik
seperti di atas ditentukan pula oleh kondisi lingkungan seperti suhu, cahaya,
ruang dan luas permukaan. Jenis‐jenis makanan yang dimakan suatu spesies ikan
biasanya tergantung pada kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, ukuran dan
umur ikan, musim serta habitat hidupnya. Tidak semua jenis makanan yang ada di
lingkungan perairan disukai oleh ikan. Beberapa faktor yang menentukan dimakan
atau tidaknya suatu jenis makanan oleh ikan adalah ukuran, warna, tekstur, dan
selera ikan terhadap makanan. Ikan mengawali hidupnya dengan memanfaatkan
makanan yang sesuai dengan ukuran mulutnya. Setelah ikan bertambah besar,
makanannya akan berubah baik kuantitas maupun kualitasnya.
Menurut jenis makanannya, ikan dikelompokkan menjadi ikan pemakan detritus,
ikan herbivora, ikan karnivora, dan ikan omnivora. Berdasarkan variasi jenis
makanannya, ikan dapat dikelompokkan atas:
(1) euryphagic, yaitu ikan pemakan bermacam‐macam makanan;
(2) stenophagic, yaitu ikan pemakan makanan yang macamnya sedikit atau sempit; dan
(3) monophagic, yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja
(Nikolsky 1963). Ikan yang termasuk kelompok euryphagic, cenderung kurang selektif dalam mengkonsumsi makanannya sehingga
jenis makanannya bervariasi.
Pada ikan yang tergolong kelompok stenophagic, cenderung lebih selektif dalam mengkonsumsi makanannya sehingga
jenis makanannya akan terbatas.
Untuk menentukan jenis organisme makanan yang dimanfaatkan oleh ikan
digunakan indeks bagian terbesar (Index
of Preponderance) yang merupakan gabungan darimetode frekuensi
kejadian dan metode volumetrik. Terdapat empat hubungan antara ikan dengan
makanannya, yaitu :
(1) makanan utama, yaitu makanan yang paling banyak ditemukan dalam
saluran pencernaan;
(2) makanan pelengkap, yaitu makanan yang sering ditemukan dalam
saluran pencernaan dengan jumlah yang sedikit;
(3) makanan tambahan, yaitu makanan yang jarang ditemukan dalam saluran
pencernaan dan jumlahnya sangat sedikit; dan
(4) makanan pengganti, yaitu makanan yang hanya dikonsumsi apabila
makanan utama tidak tersedia.
Jenis makanan yang akan dimakan oleh ikan tergantung ketersediaan
jenis makanan di alam, dan juga adaptasi fisiologis ikan (Tabel 2) tersebut
misalnya panjang usus, sifat dan kondisi fisiologis pencernaan, bentuk gigi dan
tulang faringeal, bentuk tubuh dan tingkah lakunya. Ikan herbivora secara
sederhana hanya memiliki kemampuan untuk mencerna material tumbuhan, oleh
karena itu ikan herbivora memiliki usus yang lebih panjang karena material tumbuhan
memerlukan waktu yang lama untuk dicerna. Sedangkan dengan ikan karnivora
memiliki usus yang lebih pendek dan hanya memakan daging. Ikan omnivora
memiliki kondisi fisiologis yang merupakan gabungan antara ikan karnivora dan
ikan herbivora.
Tabel 2. Struktur anatomis saluran pencernaan ikan berdasarkan jenis
makanannya pada ikan.
Ikan belida termasuk jenis karnivora, dengan ukuran mulut yang cukup besar,
makanannya terdiri dari ikan‐ikan kecil, larva insekta dan udang. Ikan belida mencari
makanan pada malam hari (nokturnal). Pada siang hari ikan ini pasif, melekat di
pematang dekat permukaan atau di bawah tumbuhan air.
Wah informasi yang bagus mengenai ikan belida....
ReplyDelete