Breaking

Thursday, May 25, 2017

13 Indikator Air Yang Tercemar - Air Limbah (Industrial Water Waste)


Untuk mengetahui kualitas air ada beberapa cara yang dilakukan seperti melakukan analisa terhadap parameter fisik dan kimia. Beberapa parameter yang bisa digunakan berfungsi sebagai indikator air yang tercemar adalah sebagai berikut:

1. Perubahan Bau , Rasa, dan Warna
Bau air tergantung dari sumber airnya, dapat juga disebabkan oleh bahanbahan kimia seperti adanya campuran dari nitrogen, sulfur, fosfor, protein dan bahan organik (Mahida,1992), serta adanya ganggang, plankton atau tumbuhan dan hewan air, baik yang hidup maupun yang sudah mati. Air yang berbau dapat disebabkan oleh berbagai bahan yang terkandung didalamnya, seperti air yang berbau sulfit oleh reduksi sulfat dengan adanya bahan-bahan organik dan mikroorganisme anaerob. Bau busuk yang menyerupai bau hidrogen sulfida menunjukkan adanya air limbah yang busuk. Kuat tidaknya bau yang dihasilkan tergantung pada jenis dan banyaknya gas yang ditimbulkan (Gintings, 1992).

Bau yang paling menyerang adalah bau yang berasal dari hidrogen sulfida. Pentingnya bau dalam penentuan kondisi air limbah ditunjukkan oleh kenyataan bahwa konsentrasi yang sangat kecil dari pada sesuatu zat tertentu dapat ditelesuri dari baunya. Misalnya konsentrasi dari kira kiar 0,037 mg/l ammoniak dapat menimbulkan bau ammoniak yang sedikit menyengat, konsentrasi 0,0011mg/l daripada hidrogen sulfida menyebarkan bau khas telur busuk , konsentrasi 0,0026 mg/l karbon disulfida menimbulkan bau yang tidak enak dan memuakkan. Air dalam keadaan normal memiliki karakteristik yang bersih, tidak berwarna dan tidak mempunyai rasa. Biasanya perubahan warna dikarenakan adanya macam macam warna bahan buangan dari suatu industri seperti industri tekstil. Namun belum tentu air berwarna lebih berbahaya daripada air yang tidak berwarna. Standar warna limbah, meliputi coklat muda, berumur enam jam berwarna abu-abu tua, sedangkan air limbah yang mengalami pembusukan oleh bakteri anaerob berwarna hitam. Sedangkan perubahan bau dapat dikarenakan kandungan protein yang berasal dari limbah industri, sedangkan perubahan rasa dikarenakan adanya perubahan asam dan basa atau tercampurnya bahan pencemar (Hadihardja , 1977).

2 . Perubahan Suhu
Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim, ukuran-ukuran suhu adalah berguna dalam memperlihatkan kecenderungan aktivitas-aktivitas kimiawi dan biologis, pengentalan, tekanan uap, tegangan permukaan dan nilai-nilai penjenuhan dari pada benda- benda padat dan gas. Tingkat oksidasi zat organik jauh lebih besar selama musim panas dari pada selama musim dingin. Nitrifikasi dari ammoniak secara kasar berlipat ganda dengan naiknya suhu sampai 10oC.

Suhu perairan merupakan salah satu parameter fisik yang sangat penting  bagi kehidupan biota air. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan yang optimal setiap biota mempunyai batas toleransi yang berbeda beda. Secara umum, suhu berpengaruh langsung terutama terhadap biota perairan berupa reaksi enzimatik pada organisme, namun tidak berpengaruh langsung terhadap struktur dan dispersi hewan air. Pada daerah tropis termasuk Indonesia, suhu permukaan laut berkisar antara 28OC – 31OC dan pada daerah subtropis 15 C – 20OC (Nontji, 1984 ).

Perubahan suhu dapat disebabkan adanya mesin pemanas dan pendingin, atau akibat proses pengolahan limbah bahan organik oleh bakteri anaerob. Pembusukan anaerobik juga sebagian besar dipengaruhi oleh perubahan suhu. Jarang pembusukan terjadi didaerah titik beku, sedangkan tingkatan pembusukan terjadi kira-kira empat kali lebih besar pada suhu 27oC jika dibandingkan pada suhu 8oC. Air panas hasil buangan suatu industri akan meyebabkan penurunan oksigen terlarut. Sedangkan pembuangan air dingin dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan mikroorganisme.

3. Kekeruhan
Kekeruhan dapat disebabkan karena adanya endapan, zat koloidal, zat organik yang terurai secara halus, jasad renik dan lumpur (Mahida, 1992), serta bahan bahan tersuspensi pada suatu bahan pencemar yang biasanya ditimbulkan oleh adanya bahan organik oleh buangan industri, debu, plankton atau organisme lainnya. Nilai kekeruhan yang tinggi akan mempengaruhi tingkat penetrasi cahaya ke dalam air sehingga dapat mempengaruhi fotosintesis. Selain itu kekeruhan akan mengganggu organ-organ pernafasan dan alat penyaring makanan dari organisme perairan yang dapat menyebabkan kematian
(Wardoyo, 1981).

Sampah industri dapat menambah sejumlah besar zat-zat organik yang menghasilkan kekeruhan. Air cucian dijalanan juga menambah kekeruhan, semakin luar biasa kekeruhan semakin banyak limbahnya. Kekeruhan diukur dalam bagian-bagian persejuta dalam ukuran berat atau dengan milligram per liter, Namun ukuran tersebut umumnya terbatas pada air dan kadang kadang hanya dibuat untuk limbah dan selokan.

4. Total Padatan Tersuspensi (TSS)
Total padatan tersuspensi merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan kekeruhan air terdiri dari komponen terendapkan, bahan melayang dan komponen tersuspensi koloid (Canter dan Hill, 1979 dalam Wardoyo, 1975).

Total padatan tersuspensi terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasadjasad renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa kedalam badan air. Masuknya padatan tersuspensi kedalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan air. Menurut Mays (1996), Total Padatan Tersuspensi (TSS) adalah bahanbahan tersuspensi yang tertahan pada kertas saring millipore berdiameter pori 0,45μm. Nilai total padatan tersuspensi merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan. Total padatan tersuspensi yang tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penetrasi cahaya kedalam badan air, sehingga menghambat proses fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Kondisi ini akan mengurangi pasokan oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, secara langsung total padatan terlarut (total dissolved solid) yang tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang. Total padatan tersuspensi dapat memberikan pengaruh yang luas dalam ekosistem perairan.

Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi cahaya kedalam air, sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen secara fotosintesis dan kekeruhan air juga semakin meningkat. Erosi tanah akibat hujan lebat dapat mengakibatkan naiknya nilai total padatan tersuspensi secara mendadak (Sastrawijaya,2000). Banyak mahluk hidup memperlihatkan toleransi yang cukup tinggi terhadap kepekatan total padatan tersuspensi, namun total padatan tersuspensi dapat menyebabkan penurunan populasi tumbuhan dalam air,hal ini disebabkan oleh turunnya penetrasi cahaya kedalam air (Connel dan Miller, 1995). Oleh karena itu penentuan padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit pengolahan. Berdasarkan Kepmen-LH No 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut Total padatan tersuspensi sebesar 20 mg/ l.

5. Keasaman (pH)
Karakteristik limbah yang memerlukan pemeriksaan terperinci adalah pH. Pada waktu limbah industri disalurkan kedalam saluran saluran air kotor umum, perlu dipastikan bahwa pH nya berada antara 5,5 sampai 8,5. Akan tetapi jika volume limbah industri tersebut komparatif besar, pH nya harus berada dalam batas yang lebih sempit yaitu 7 sampai dengan 8. Banyak limbah industri bersifat alkali keras, misalnya buangan limbah industri pabrik kulit, pembuatan gas karbit, penggosokan tekstil, pencelupan dengan cat dan sulfur. dapat juga bersifat asam keras misalnya buangan dari pembuatan asam, pencelupan wool, karbonisasi kapas, serta pengalengan buah-buahan.

Derajat keasaman suatu perairan dipengaruhi beberapa faktor antara lain oleh proses fotosintesis biologi dan adanya berbagai jenis kation dan anion diperairan tersebut. Air yang normal memiliki pH antara 6,5-7,5. Perubahan pH ini karena adanya buangan asam basa dari suatu industri. Merujuk pada baku mutu air laut untuk kegiatan wisata bahari Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut yaitu pH 7 – 8,5. Sedangkan air limbah domestik yang normal biasanya mengandung sedikit basa. Pengendalian pH suatu limbah sangat berguna dan sesuai dengan susunan yang cocok untuk organisme-organisme khusus yang terlibat dalam pembenahan air limbah dan sampah industri dengan proses-proses biologis.

6. Sulfur
Sulfur atau belerang adalah unsur kimia di dalam sistim periodik yang mempunyai simbol S dan nomor atom 16. Sulfur bukan logam multivalen yang berlimpah, tanpa rasa dan tanpa bau. Sulfur, dalam bentuk aslinya, adalah satu kristal padat yang berwarna kuning. Dalam alam ia ditemukan dalam bentuk unsur murni atau dalam bentuk mineral sulfida atau sulfat. Ia merupakan unsur penting untuk kehidupan dan ditemukan dalam dua asam amino yaitu sisteina dan metionina. Secara komersilnya, sulfur digunakan terutama dalam baja dan juga dalam mesiu, korek api, racun serangga dan racun jamur. Hidrogen sulfida (H2S) dikenal dengan nama sulfana, sulfur hidrida, gas asam (sour gas), sulfurated hydrogen, asam hidrosulfurik, dan gas limbah (sewer gas). Asam sulfida merupakan gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Gas ini dapat timbul dari aktivitas biologis ketika bakteri mengurai bahan organik dalam keadaan tanpa oksigen (aktivitas anaerobik), Seperti di rawa, dan saluran pembuangan kotoran. Gas ini juga muncul pada gas yang timbul dari aktivitas gunung berapi dan gas alam. Sebagai suplemen, belerang tersedia dalam dua bentuk , dimetil sulfoxide (DMSO) dan methylsulfonylmethane (MSM). Sekitar 15% dari DMSO terurai menjadi MSM dalam tubuh. Kedunya digunakan sebagai pengobatan untuk rasa sakit. DMSO terjadi secara alami di beberapa tanaman (seperti ekor kuda), buahbuahan dan sayuran dan susu. Suplemen menggabungkan DMSO dengan peroksida hidrogen. MSM penting dalam kesehatan karena membantu membentuk jaringan ikat ( tulang rawan, tendon dan ligamen). Hal ini juga dapat memperlambat impuls saraf yang mengirimkan sinyal rasa sakit, mengurangi rasa sakit. DMSO merupakan produk sampingan kimia pembuatan kertas dan digunakan sebagai pelarut industri, juga untuk tujuan pengobatan. Makanan dan obat administrasi telah disetujui untuk menggunakan DMSO intravesical (artinya dokter menanamkannya dalam kandung kemih). Hal ini juga digunakan dalam krim dan diminum untuk sakit serta kondisi lain. Tidak seperti MSM, DMSO diserap melalui kulit.

7. Adanya Radioaktivitas Pada Air
Adanya radioaktivitas pada air limbah dikarenakan adanya bahan sisa radioaktif dari suatu industri maupun dari bahan-bahan yang mengandung radioaktif. Limbah radioaktif dapat berasal dari pemanfaatan sumber radioaktif dari suatu industri, rumah sakit (diagnostik dan therapy), dan laboratorium. Limbah radioaktif dapat diklassifikasikan atas dasar jumlah radiasi dan jenis radiasi yang memancar. Umumnya limbah radioaktif dibagi menjadi menjadi dua yaitu :
a. Limbah radioaktif tingkat tinggi (High Level Waste).
b. Limbah radioaktif Tingkat rendah (Low Level Waste).
Sumber radioaktif itu sendiri berasal dari :
a. Alam lingkungan kita sendiri yang telah mendapatkan radioaktif alam seperti dari tanah, sinar kosmik sebagai akibat peluruhan Uranium dan Thorium. b. Industri-industri yang memanfaatkan tenaga nuklir.
c. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Penggunaan teknologi nuklir dapat menghasilkan limbah radioaktif yang tidak terpakai, maupun bahan bekas serta peralatan yang terkena zat radioaktif atau menjadi radioisotop karena operasi nuklir dan tidak dapat digunakan lagi. Hal ini merupakan kendala untuk pengembangan lebih lanjut, sehingga diperlukan pemecahan dengan menggunakan suatu metode analisis yang tepat yaitu “Cost Benefit Analysis”

8. Adanya Bahan–bahan Logam Berat
Berbagai kandungan logam berat yang ada dalam air limbah antara lain: cromium, tembaga, merkuri, timbal, cadmium, nikel, seng. Bahan kimia ini yang sering mencemari sumber air minum lewat air buangan oleh industri, namun bahan ini tidak disangkal juga bahwa sebagian berasal dari limbah pertanian akibat bahan dari campuran pestisida terutama Hg. Pencemaran logam berat dapat terjadi pada air laut tempatnya para nelayan mencari ikan yang pada akhirnya masyarakat mengkonsumsi ikan tersebut. Logam berat tersebut masuk kedalam tubuh manusia lewat ikan-ikan yang telah mengandung merkuri karena air laut terkena pencemaran. Efek toksisitas merkuri terutama pada susunan sarap pusat, ginjal, saluran pencernaan dan gangguan pada mata serta kardiovaskuler dimana Hg ini terakumulasi.

Untuk logam Hg kadar < 0,001 ppm yang relatif rendah belum berbahaya bagi biota laut perairan terutama ikan, sesuai dengan Kepmen KLH N0 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut untuk beberapa logam berat pada tabel 2.1 berikut.



9. Nitrogen
Nitrogen sebagai salah satu nutrient terdapat dalam protein. Sedangkan protein merupakan komposisi utama plankton dan sebagai dasar semua jaringan makanan yang bertalian dengan air. Dalam plankton terdapat 50 % protein atau 7 sampai 10% nitrogen. Ada tiga tendon (gudang) nitrogen dalam alam. Pertama ialah udara, kedua senyawa anorganik (nitrat, nitrit, ammoniak), dan ketiga ialah senyawa organik (protein,urea,dan asam urik). Nitrogen terbanyak ada di udara lebih kurang 78 % dari volumenya. Nitrogen juga terdapat sebagai bahan organik dan diubah menjadi ammonia oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk dan bisa menyebabkan permukaan air menjadi pekat sehingga tidak dapat ditembus cahaya matahari. Nitrogen organik terikat pada unsur pokok sel mahluk hidup seperti misalnya purin, peptida, asamasam amino, dan dalam air limbah domestik. Kebanyakan dari nitrogen organik berada dalam bentuk protein-protein atau produk yang diakibatkan oleh degradasi (penurunan kadar nilai). Nitrogen organik berubah menjadi ammoniak dengan proses pembusukan secara anaerobik, sedangkan nitrit atau nitrat secara aerobik. Nitrogen anorganik seperti ammonia, nitrit, gas nitrogen dapat terlarut dalam air. Nitrogen nitrit jarang terjadi dalam konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/L di dalam air limbah dan selokan selokan. Terdapatnya nitrit dengan demikian dapat menunjukkan adanya air limbah yang pembenahannya tidak sempurna. Nitrat mewakili produk akhir dari pengoksidasian zat yang bersifat nitrogen.

10. DO ( Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut dalam perairan merupakan faktor penting sebagai pengatur metabolisme tubuh organisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Sumber oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer, arus atau aliran air melalui air hujan serta aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan fitoplankton (Novonty and Oleom, 1994). Difusi oksigen atmosfer ke air terjadi secara langsung pada kondisi air diam karena pergolakan massa air oleh angin. Difusi oksigen dari atmosfer ke perairan pada hakekatnya berlangsung lambat, meskipun terjadi pergolakan massa air. Keberadaan oksigen terlarut di perairan sangat dipengaruhi oleh suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen akan berkurang dengan semakin meningkatnya suhu, ketinggian, dan berkurangnya tekanan atmosfer (Jeffries and Mills, 1996).

Penyebab utama berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air disebabkan oleh adanya zat pencemar yang dapat mengkonsumsi oksigen. Zat pencemar tersebut terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik yang berasal dari berbagai sumber, seperti kotoran hewan dan manusia, bahan-bahan buangan dari industri maupun rumah tangga.

Menurut Connel and Miller (1995), sebahagian besar dari zat pencemar yang menyebabkan oksigen terlarut berkurang adalah limbah organik. Menurut Lee et al. (1978), kandungan oksigen terlarut pada suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator kualitas perairan, seperti yang terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2. Status kualitas air berdasarkan kandungan DO (Lee et al, 1978).

DO (Dissolved Oxygen) yang menunjukkan jumlah kandungan oksigen didalam air dapat digunakan sebagai indikasi seberapa besar jumlah pengotoran limbah. Semakin tinggi oksigen terlarut maka semakin kecil tingkat pencemaran. kandungan oksigen di perairan dapat dijadikan petunjuk tentang adanya pencemaran bahan organik dengan bertambahnya dekomposisi dalam menguraikan limbah yang masuk dalam perairan (Nybakken, 1982). Prinsip analisa oksigen terlarut berlangsung oleh adanya oksigen dalam sampel yang akan mengoksidasi MnSO4 yang ditambahkan kedalam larutan pada keadaan alkalis, sehingga terjadi endapan MnO2. Dengan penambahan asam sulfat dan kalium iodida maka akan dibebaskan iodine yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan tersebut kemudian dianalisa dengan metode titrasi iodometris yaitu dengan larutan standard tiosulfat dengan indikator kanji, dengan reaksi sebagai berikut :
Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigennya semakin berkurang. Baku mutu air laut kegiatan wisata bahari untuk konsentrasi oksigen terlarut yang ditetapkan sesuai dengan PP No.82 Tahun 2001 yaitu > dari 3 mg/L.

11. COD (Chemical Oxygen Demand)
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Kebutuhan oksigen diperlukan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik baik yang biodegradable maupun yang nonbiodegradable (Boyd,1990). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah terurai maupun yang kompleks dan sulit terurai akan teroksidasi (Boyd,1990 ;Metcalf & Eddy, 1991).

12. BOD (Biochemical Oxigen Demand).
Adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin , 1988 ; Metcalf & Eddy, 1991 ). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang terdekomposisi (readily decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DOo) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap yaitu 20oC yang disebut dengan DO5. Selisih DOo dengan DO5 ( DOo - DO5 ) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam milligram oksigen per liter (mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi iodometri (metode winkler) atau dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganisme, sehingga yang terjadi hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5

Yang penting diperhatikan dalam hal ini adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO5 tidak nol. Bilamana nilai DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan. Pada prakteknya, pengukuran BOD memerlukan kecermatan tertentu mengingat kondisi sampel atau perairan yang bervariasi sehingga kemungkinan diperlukan penetralan pH, pengenceran, aerasi, atau penambahan populasi bakteri. Karena melibatkan mikroorganisme (bakteri) sebagai pengurai bahan organik, maka analisis BOD memang cukup memerlukan waktu, karena oksidasi biokimia adalah proses lambat. Dalam 20 hari, oksidasi bahan organik karbon mencapai 95-99 % dan dalam waktu 5 hari sekitar 60-70 % bahan organik telah terdekomposisi ( Metcalf & Eddy,1991 ).

13. Amonia (NH3 –N)
Ammoniak (NH3-N) adalah salah satu bentuk senyawa nitrogen yang ditemukan di perairan Ion ammonium (NH4+) adalah bentuk transisi dari ammoniak. Amoniak diperairan merupakan proses reduksi senyawa nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air, selain itu juga dari dekomposisi bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Ammoniak yang terukur pada perairan alami adalah ammoniak total (NH3 dan NH4+) (Boyd ,1990).

Ammoniak merupakan proses reduksi senyawa nitrat (denitrifikasi) atau hasil sampingan dari proses industri. Perbedaan utama ammoniak dengan nitrat adalah dalam hal toksisitas dan mobilitasnya, dimana ammoniak memiliki toksisitas yang lebih tinggi (Goldman dan Horne, 1988). Pada ekosistem perairan umumnya ammoniak terdapat dalam bentuk ion terdissosiasi NH4+ (ammonium) menjadi NH3 (ammoniak) yang ketosisitasnya akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pH. Didaerah perairan, ammonia berasal dari pemecahan nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air. Ammoniak yang terukur pada perairan alami adalah ammoniak total (NH3 dan NH4+) (Boyd 1990).

Nitrogen amoniak dapat ditentukan dengan metoda Nessler yang terdiri dari suatu analisa kimiawi dengan menggunakan spektrofotometer. Reagen Nessler K2HgI4 akan bereaksi dengan NH3 dalam larutan yang bersifat basa,menghasilkan kolloid berwarna kuning coklat sesuai reaksi berikut:


Kadar ammoniak bebas pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/L ( perikanan sebaiknya kurang dari 0,02 mg/l (Nemerow, 1991). Produk larutan komersil ammoniak berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat baume (sekitar 300 persen berat ammoniak pada 15,5 oC . Penggunaan ammonia banyak digunakan pada proses industri pupuk urea, bahan kimia (asam nitrat, ammonium pospat, ammonium nitrat, dan ammonium sulfat), dan industri pulp dan kertas (Eckenfelder,1989).

No comments:

Post a Comment

Adbox